Father:
You look so happy today. Are you falling in love?
(Kamu terlihat sangat bahagia hari ini. Apakah kamu sedang jatuh cinta?)
Daughter:
Yes, Dad... I think I am. He makes me feel special.
(Iya, Ayah... Sepertinya begitu. Dia membuatku merasa istimewa.)
Father:
That’s a beautiful feeling, my dear. But remember, love is not only about feeling happy.
(Itu perasaan yang indah, Nak. Tapi ingat, cinta bukan hanya tentang merasa bahagia.)
Daughter:
What do you mean, Dad?
(Maksud Ayah bagaimana?)
Father:
Real love is about responsibility, respect, and patience. Feelings can change, but good character stays.
(Cinta sejati adalah tentang tanggung jawab, rasa hormat, dan kesabaran. Perasaan bisa berubah, tapi karakter yang baik akan tetap.)
Daughter:
So, how do I know if my love is real?
(Jadi, bagaimana aku tahu kalau cintaku benar-benar tulus?)
Father:
If that person brings you closer to goodness, respects your dreams, and helps you grow — that’s real love.
(Kalau orang itu membuatmu lebih dekat pada kebaikan, menghargai impianmu, dan membantumu berkembang — itulah cinta sejati.)
Daughter:
That’s beautiful, Dad. I’ll remember your words.
(Itu indah sekali, Ayah. Aku akan mengingat kata-kata Ayah.)
Father:
Good. Love with your heart, but don’t forget to use your mind and your faith.
(Bagus. Cintailah dengan hatimu, tapi jangan lupa gunakan pikiran dan imanmu.)
B. Vocabulary
| English | Indonesian |
|---|---|
| Falling in love | Jatuh cinta |
| Responsibility | Tanggung jawab |
| Respect | Rasa hormat |
| Patience | Kesabaran |
| Good character | Karakter yang baik |
| Closer to goodness | Lebih dekat pada kebaikan |
| Faith | Iman |
Father:
You look sad, my dear. What happened?
(Kamu terlihat sedih, Nak. Ada apa?)
Daughter:
Dad... I think my love is over. He changed, and now he’s ignoring me.
(Ayah... sepertinya cintaku sudah berakhir. Dia berubah, dan sekarang dia mengabaikanku.)
Father:
I’m sorry to hear that. Heartbreak is painful, but it’s also a teacher.
(Ayah turut sedih mendengarnya. Patah hati memang menyakitkan, tapi juga bisa menjadi guru yang berharga.)
Daughter:
A teacher? How can pain teach me anything?
(Guru? Bagaimana rasa sakit bisa mengajariku sesuatu?)
Father:
Pain teaches us to value ourselves, to know what we truly deserve, and to love wisely next time.
(Rasa sakit mengajarkan kita untuk menghargai diri sendiri, mengetahui apa yang benar-benar pantas untuk kita, dan mencintai dengan bijak di lain waktu.)
Daughter:
It still hurts so much, Dad. I gave him everything.
(Tapi rasanya tetap sakit sekali, Ayah. Aku sudah memberikan segalanya padanya.)
Father:
That’s what love does — it teaches you how deep your heart can go. But now, let it heal. Your heart deserves peace, not pain.
(Itulah cinta — ia mengajarkan seberapa dalam hatimu bisa mencinta. Tapi sekarang, biarkan hatimu sembuh. Hatimu pantas mendapatkan ketenangan, bukan luka.)
Daughter:
How can I heal, Dad?
(Bagaimana aku bisa sembuh, Ayah?)
Father:
Start by forgiving — him, and yourself. Then, fill your heart with gratitude, prayer, and purpose. Love will find you again, in a better form.
(Mulailah dengan memaafkan — dia, dan dirimu sendiri. Lalu, isi hatimu dengan rasa syukur, doa, dan tujuan hidup. Cinta akan menemukanmu lagi, dalam bentuk yang lebih baik.)
Daughter:
Thank you, Dad. Your words make my heart feel lighter.
(Terima kasih, Ayah. Kata-kata Ayah membuat hatiku terasa lebih ringan.)
Father:
Always remember — true love doesn’t break you, it builds you.
(Selalu ingat — cinta sejati tidak menghancurkanmu, tapi membangunmu.)
B. Vocabulary
| English | Indonesian |
|---|---|
| Heartbreak | Patah hati |
| Forgive | Memaafkan |
| Heal | Sembuh |
| Gratitude | Rasa syukur |
| Purpose | Tujuan hidup |
| Deserve | Pantas |
| True love | Cinta sejati |
| Peace | Ketenangan |
Father:
You look peaceful these days. Is there something new in your life?
(Akhir-akhir ini kamu terlihat tenang. Apakah ada sesuatu yang baru dalam hidupmu?)
Daughter:
Yes, Dad. I met someone. He’s different — kind, patient, and respects my dreams.
(Iya, Ayah. Aku bertemu seseorang. Dia berbeda — baik, sabar, dan menghargai mimpiku.)
Father:
That sounds beautiful. Do you feel calm around him?
(Kedengarannya indah. Apakah kamu merasa tenang saat bersamanya?)
Daughter:
Yes, Dad. With him, I don’t have to pretend. I can just be myself.
(Iya, Ayah. Bersamanya aku tidak perlu pura-pura. Aku bisa menjadi diriku sendiri.)
Father:
Then maybe this time, it’s not just love — it’s understanding and peace. That’s a sign of maturity.
(Kalau begitu, mungkin kali ini bukan hanya cinta — tapi juga pengertian dan ketenangan. Itu tanda kedewasaan.)
Daughter:
I’ve learned a lot from the past. I don’t rush anymore. I want to build something with sincerity and faith.
(Aku sudah banyak belajar dari masa lalu. Aku tidak terburu-buru lagi. Aku ingin membangun sesuatu dengan ketulusan dan iman.)
Father:
That’s my daughter. Remember, a love built on honesty and faith will stand even through storms.
(Itulah anak Ayah. Ingatlah, cinta yang dibangun di atas kejujuran dan iman akan tetap kuat meskipun diterpa badai.)
Daughter:
Thank you, Dad. Your advice has guided me through every season of my heart.
(Terima kasih, Ayah. Nasehat Ayah telah membimbingku melalui setiap musim dalam hatiku.)
Father:
Always, my dear. And when the time comes, may your love be blessed — not only in this world but also in the hereafter.
(Selalu, Nak. Dan ketika waktunya tiba, semoga cintamu diberkahi — bukan hanya di dunia ini, tapi juga di akhirat.)
Daughter:
Ameen, Dad. I’ll carry your words forever.
(Aamiin, Ayah. Aku akan selalu membawa kata-kata Ayah dalam hatiku.)
B. Vocabulary
| English | Indonesian |
|---|---|
| Understanding | Pengertian |
| Maturity | Kedewasaan |
| Sincerity | Ketulusan |
| Faith | Iman |
| Honesty | Kejujuran |
| Blessed | Diberkahi |
| Hereafter | Akhirat |
| Peaceful | Tenang |
Father’s Advice About Love
Daughter:
Yes, Dad... I think I am. He makes me feel special.
(Iya, Ayah... Sepertinya begitu. Dia membuatku merasa istimewa.)
Father:
That’s a beautiful feeling, my dear. But remember, love is not only about feeling happy.
(Itu perasaan yang indah, Nak. Tapi ingat, cinta bukan hanya tentang merasa bahagia.)
Daughter:
What do you mean, Dad?
(Maksud Ayah bagaimana?)
Father:
Real love is about responsibility, respect, and patience. Feelings can change, but good character stays.
(Cinta sejati adalah tentang tanggung jawab, rasa hormat, dan kesabaran. Perasaan bisa berubah, tapi karakter yang baik akan tetap.)
Daughter:
So, how do I know if my love is real?
(Jadi, bagaimana aku tahu kalau cintaku benar-benar tulus?)
Father:
If that person brings you closer to goodness, respects your dreams, and helps you grow — that’s real love.
(Kalau orang itu membuatmu lebih dekat pada kebaikan, menghargai impianmu, dan membantumu berkembang — itulah cinta sejati.)
Daughter:
That’s beautiful, Dad. I’ll remember your words.
(Itu indah sekali, Ayah. Aku akan mengingat kata-kata Ayah.)
Father:
Good. Love with your heart, but don’t forget to use your mind and your faith.
(Bagus. Cintailah dengan hatimu, tapi jangan lupa gunakan pikiran dan imanmu.)
Father:
You look sad, my dear. What happened?
(Kamu terlihat sedih, Nak. Ada apa?)
Daughter:
Dad... I think my love is over. He changed, and now he’s ignoring me.
(Ayah... sepertinya cintaku sudah berakhir. Dia berubah, dan sekarang dia mengabaikanku.)
Father:
I’m sorry to hear that. Heartbreak is painful, but it’s also a teacher.
(Ayah turut sedih mendengarnya. Patah hati memang menyakitkan, tapi juga bisa menjadi guru yang berharga.)
Daughter:
A teacher? How can pain teach me anything?
(Guru? Bagaimana rasa sakit bisa mengajariku sesuatu?)
Father:
Pain teaches us to value ourselves, to know what we truly deserve, and to love wisely next time.
(Rasa sakit mengajarkan kita untuk menghargai diri sendiri, mengetahui apa yang benar-benar pantas untuk kita, dan mencintai dengan bijak di lain waktu.)
Daughter:
It still hurts so much, Dad. I gave him everything.
(Tapi rasanya tetap sakit sekali, Ayah. Aku sudah memberikan segalanya padanya.)
Father:
That’s what love does — it teaches you how deep your heart can go. But now, let it heal. Your heart deserves peace, not pain.
(Itulah cinta — ia mengajarkan seberapa dalam hatimu bisa mencinta. Tapi sekarang, biarkan hatimu sembuh. Hatimu pantas mendapatkan ketenangan, bukan luka.)
Daughter:
How can I heal, Dad?
(Bagaimana aku bisa sembuh, Ayah?)
Father:
Start by forgiving — him, and yourself. Then, fill your heart with gratitude, prayer, and purpose. Love will find you again, in a better form.
(Mulailah dengan memaafkan — dia, dan dirimu sendiri. Lalu, isi hatimu dengan rasa syukur, doa, dan tujuan hidup. Cinta akan menemukanmu lagi, dalam bentuk yang lebih baik.)
Daughter:
Thank you, Dad. Your words make my heart feel lighter.
(Terima kasih, Ayah. Kata-kata Ayah membuat hatiku terasa lebih ringan.)
Father:
Always remember — true love doesn’t break you, it builds you.
(Selalu ingat — cinta sejati tidak menghancurkanmu, tapi membangunmu.)
Part 3:
Father:
You look peaceful these days. Is there something new in your life?
(Akhir-akhir ini kamu terlihat tenang. Apakah ada sesuatu yang baru dalam hidupmu?)
Daughter:
Yes, Dad. I met someone. He’s different — kind, patient, and respects my dreams.
(Iya, Ayah. Aku bertemu seseorang. Dia berbeda — baik, sabar, dan menghargai mimpiku.)
Father:
That sounds beautiful. Do you feel calm around him?
(Kedengarannya indah. Apakah kamu merasa tenang saat bersamanya?)
Daughter:
Yes, Dad. With him, I don’t have to pretend. I can just be myself.
(Iya, Ayah. Bersamanya aku tidak perlu pura-pura. Aku bisa menjadi diriku sendiri.)
Father:
Then maybe this time, it’s not just love — it’s understanding and peace. That’s a sign of maturity.
(Kalau begitu, mungkin kali ini bukan hanya cinta — tapi juga pengertian dan ketenangan. Itu tanda kedewasaan.)
Daughter:
I’ve learned a lot from the past. I don’t rush anymore. I want to build something with sincerity and faith.
(Aku sudah banyak belajar dari masa lalu. Aku tidak terburu-buru lagi. Aku ingin membangun sesuatu dengan ketulusan dan iman.)
Father:
That’s my daughter. Remember, a love built on honesty and faith will stand even through storms.
(Itulah anak Ayah. Ingatlah, cinta yang dibangun di atas kejujuran dan iman akan tetap kuat meskipun diterpa badai.)
Daughter:
Thank you, Dad. Your advice has guided me through every season of my heart.
(Terima kasih, Ayah. Nasehat Ayah telah membimbingku melalui setiap musim dalam hatiku.)
Father:
Always, my dear. And when the time comes, may your love be blessed — not only in this world but also in the hereafter.
(Selalu, Nak. Dan ketika waktunya tiba, semoga cintamu diberkahi — bukan hanya di dunia ini, tapi juga di akhirat.)
Daughter:
Ameen, Dad. I’ll carry your words forever.
(Aamiin, Ayah. Aku akan selalu membawa kata-kata Ayah dalam hatiku.)
Moral Message / Pesan Moral
Love is a journey — from emotion, through pain, into wisdom.
(Cinta adalah perjalanan — dari perasaan, melalui luka, menuju kebijaksanaan.)The one who loves with faith, patience, and sincerity, will always find peace — even before finding a partner.
(Orang yang mencinta dengan iman, kesabaran, dan ketulusan akan selalu menemukan ketenangan — bahkan sebelum menemukan pasangan.)
Father:
You look worried, my child. What’s bothering your heart?
(Kamu terlihat cemas, Nak. Apa yang membuat hatimu gelisah?)
Daughter:
Dad, I’ve tried everything... but nothing seems to work. I feel like giving up.
(Ayah, aku sudah berusaha melakukan segalanya... tapi semuanya terasa sia-sia. Aku ingin menyerah.)
Father:
When you’ve tried everything and still fail, that’s the time to try prayer — sincerely, with your whole heart.
(Ketika kamu sudah mencoba segalanya dan tetap gagal, itulah saatnya mencoba doa — dengan tulus, dari lubuk hati terdalam.)
Daughter:
But Dad, will prayer really change things?
(Tapi Ayah, apakah doa benar-benar bisa mengubah keadaan?)
Father:
Yes, my dear. Prayer may not always change your situation immediately, but it always changes you — it strengthens your faith, calms your soul, and opens unseen doors.
(Ya, Nak. Doa mungkin tidak selalu langsung mengubah keadaan, tapi doa selalu mengubah dirimu — menguatkan imanmu, menenangkan jiwamu, dan membuka pintu-pintu yang tak terlihat.)
Daughter:
Sometimes I pray, but I don’t feel anything.
(Kadang aku berdoa, tapi aku tidak merasakan apa-apa.)
Father:
That’s okay. Even when you don’t feel it, Allah still hears it. Every sincere whisper is recorded, every tear is seen.
(Tidak apa-apa. Walaupun kamu tidak merasakannya, Allah tetap mendengarnya. Setiap bisikan yang tulus tercatat, setiap air mata terlihat.)
Daughter:
So I just need to keep praying?
(Jadi aku hanya perlu terus berdoa?)
Father:
Yes. Keep praying, even with tears. Because prayer is not only asking — it’s trusting.
(Ya. Teruslah berdoa, bahkan dengan air mata. Karena doa bukan sekadar meminta — tapi juga mempercayai.)
Daughter:
Thank you, Dad. I’ll keep praying... not just for what I want, but for what’s best for me.
(Terima kasih, Ayah. Aku akan terus berdoa... bukan hanya untuk apa yang aku inginkan, tapi untuk apa yang terbaik bagiku.)
Father:
That’s the spirit, my dear. A prayer with patience will never return empty.
(Itu semangat yang benar, Nak. Doa yang disertai kesabaran tidak akan pernah kembali dengan tangan kosong.)
Vocabulary
| English | Indonesian |
|---|---|
| Prayer | Doa |
| Faith | Iman |
| Whisper | Bisikan |
| Trust | Kepercayaan |
| Patience | Kesabaran |
| Strengthen | Menguatkan |
| Calm | Menenangkan |
| Sincere | Tulus |
Prayer is the bridge between you and peace.
(Doa adalah jembatan antara dirimu dan ketenangan.)Even when the world is silent, your prayer is never unheard.
(Bahkan ketika dunia diam, doamu tidak pernah diabaikan.)
Daughter:
Dad, I’ve been praying for something for a long time... but it still hasn’t happened.
(Ayah, aku sudah lama berdoa untuk sesuatu... tapi sampai sekarang belum juga terjadi.)
Father:
My dear, sometimes Allah doesn’t say “yes” right away. He may say “wait” because He’s preparing something better.
(Nak, kadang Allah tidak langsung berkata “ya.” Bisa jadi Dia berkata “tunggu” karena sedang menyiapkan sesuatu yang lebih baik.)
Daughter:
But waiting feels so hard. It makes me wonder if my prayer even matters.
(Tapi menunggu itu terasa sulit. Kadang aku bertanya-tanya apakah doaku benar-benar berarti.)
Father:
Every prayer matters. Allah never ignores a sincere heart. Sometimes His delay is protection, not rejection.
(Setiap doa berarti. Allah tidak pernah mengabaikan hati yang tulus. Kadang penundaan-Nya adalah perlindungan, bukan penolakan.)
Daughter:
Protection? From what, Dad?
(Perlindungan? Dari apa, Ayah?)
Father:
From what you don’t see — from pain, from disappointment, or from something you thought was good but wasn’t meant for you.
(Dari hal-hal yang tidak kamu lihat — dari kesedihan, dari kekecewaan, atau dari sesuatu yang kamu anggap baik padahal tidak ditakdirkan untukmu.)
Daughter:
So... unanswered prayers can still be blessings?
(Jadi... doa yang belum dijawab pun bisa jadi berkah?)
Father:
Exactly. Sometimes the best answer is not “yes,” but “something better later.”
(Tepat sekali. Kadang jawaban terbaik bukan “ya,” tapi “sesuatu yang lebih baik nanti.”)
Daughter:
I think I understand now. Maybe my prayer is being answered — just differently.
(Sekarang aku mulai mengerti. Mungkin doaku memang dijawab — hanya dengan cara yang berbeda.)
Father:
That’s true, my dear. Trust His timing. The delay is never denial — it’s divine design.
(Benar, Nak. Percayalah pada waktu-Nya. Penundaan bukanlah penolakan — tapi rancangan Ilahi.)
Daughter:
Thank you, Dad. I’ll stop worrying and start trusting.
(Terima kasih, Ayah. Aku akan berhenti cemas dan mulai percaya.)
Father:
That’s faith, my child. Real prayer is not only asking — it’s believing that Allah’s plan is always the best.
(Itulah iman, Nak. Doa sejati bukan hanya tentang meminta — tapi juga percaya bahwa rencana Allah selalu yang terbaik.)
B. Vocabulary
| English | Indonesian |
|---|---|
| Answered | Dijawab |
| Wait | Menunggu |
| Protection | Perlindungan |
| Rejection | Penolakan |
| Disappointment | Kekecewaan |
| Blessing | Berkah |
| Divine | Ilahi |
| Trust | Percaya |
Sometimes unanswered prayers are Allah’s greatest mercy.
(Kadang doa yang tak dijawab adalah bentuk rahmat terbesar dari Allah.)The delay is not to punish you — but to perfect you, and to prepare what your heart truly deserves.
(Penundaan itu bukan untuk menghukummu — tapi untuk menyempurnakanmu, dan mempersiapkan apa yang benar-benar pantas untuk hatimu.)
The Importance of Prayer (Shalat).
Pentingnya Shalat dalam Kehidupan)
Father:
My dear child, remember this — prayer is not just a ritual, it’s life itself.
(Anakku, ingatlah — shalat bukan sekadar ritual, tetapi kehidupan itu sendiri.)
Daughter:
Life itself? How can prayer be life, Dad?
(Kehidupan itu sendiri? Bagaimana bisa shalat menjadi kehidupan, Ayah?)
Father:
Because prayer connects your soul to its Creator. Without prayer, the heart becomes dry, and life loses its direction.
(Karena shalat menghubungkan jiwamu dengan Penciptanya. Tanpa shalat, hati menjadi kering, dan hidup kehilangan arah.)
Daughter:
Sometimes people say they are too busy or too tired to pray.
(Kadang orang bilang mereka terlalu sibuk atau terlalu lelah untuk shalat.)
Father:
My child, no one is too busy for the One who gives them time.
(Nak, tidak ada yang terlalu sibuk untuk Dia yang memberi waktu itu sendiri.)
Father (continues):
Even when you are sick, you must still pray — if you can’t stand, then sit; if you can’t sit, then lie down. But never leave prayer.
(Bahkan ketika kamu sakit, kamu tetap harus shalat — jika tak mampu berdiri, maka duduklah; jika tak mampu duduk, maka berbaringlah. Tapi jangan pernah meninggalkan shalat.)
Daughter:
So prayer is an unbreakable duty?
(Jadi shalat itu kewajiban yang tak boleh ditinggalkan?)
Father:
Yes. Allah made it easy, not to burden us, but to remind us that no matter our condition — He is always near.
(Ya. Allah menjadikannya mudah bukan untuk memberatkan kita, tapi agar kita ingat bahwa dalam keadaan apa pun — Dia selalu dekat.)
Daughter:
I see... prayer isn’t just an obligation, it’s a gift.
(Aku mengerti sekarang... shalat bukan hanya kewajiban, tapi juga anugerah.)
Father:
Exactly. Prayer is the light of the heart, the peace of the soul, and the key to every blessing.
(Tepat sekali. Shalat adalah cahaya hati, ketenangan jiwa, dan kunci dari segala keberkahan.)
-
Shalat adalah tiang agama (The pillar of faith).
Tanpa shalat, iman mudah runtuh.
(Without prayer, faith easily collapses.) -
Shalat wajib lima waktu sehari semalam.
(Prayer is obligatory five times a day and night.) -
Tidak gugur dalam keadaan apa pun.
Jika sakit, shalat dapat dilakukan sambil duduk atau berbaring.
(It cannot be abandoned under any condition. If sick, pray while sitting or lying down.) -
Niat yang tulus dan wudhu yang benar adalah kuncinya.
(Pure intention and correct ablution are the keys.) -
Shalat menjaga hati dari dosa dan kesedihan.
(Prayer protects the heart from sin and sorrow.) -
Khusyu’ adalah ruh shalat.
Tanpa khusyu’, shalat menjadi gerakan tanpa jiwa.
(Concentration is the soul of prayer. Without it, prayer becomes motion without spirit.) -
Shalat adalah pertemuan langsung dengan Allah.
(Prayer is a direct meeting with Allah.
Never leave prayer — not when you’re sad, not when you’re sick, not when you’re tired.
(Jangan pernah tinggalkan shalat — bukan saat kamu sedih, sakit, atau lelah.)Prayer is not a burden; it is the breath of the soul.
(Shalat bukan beban; ia adalah napas bagi jiwa.)
Father:
My child, today I want to tell you about something very precious in prayer — khushu’.
(Nak, hari ini Ayah ingin bercerita tentang sesuatu yang sangat berharga dalam shalat — yaitu khusyu’.)
Daughter:
I’ve heard that word before, Dad. But what does khushu’ really mean?
(Aku sering mendengar kata itu, Ayah. Tapi apa sebenarnya arti khusyu’?)
Father:
Khushu’ means your heart is present before Allah. Your body may move, but your soul bows with sincerity and peace.
(Khusyu’ berarti hatimu hadir di hadapan Allah. Tubuhmu mungkin bergerak, tapi jiwamu tunduk dengan ketulusan dan ketenangan.)
Daughter:
Sometimes, Dad, I pray but my mind keeps wandering.
(Kadang, Ayah, aku shalat tapi pikiranku melayang ke mana-mana.)
Father:
That happens to everyone, my dear. The key is to bring your heart back — again and again — until your heart learns to stay.
(Itu bisa terjadi pada siapa pun, Nak. Kuncinya adalah mengembalikan hatimu — lagi dan lagi — sampai hatimu terbiasa untuk tetap di sana.)
Daughter:
How can I make my prayer full of khushu’?
(Bagaimana aku bisa membuat shalatku penuh khusyu’, Ayah?)
Father:
Prepare your heart before you stand. Remember Who you are meeting — The One who gave you life, Who knows your pain, Who listens even to your silence.
(Persiapkan hatimu sebelum berdiri. Ingatlah kepada siapa kamu akan menghadap — Dia yang memberi hidupmu, yang tahu segala lukamu, dan mendengar bahkan saat kamu diam.)
Daughter:
That sounds so peaceful, Dad.
(Kedengarannya begitu menenangkan, Ayah.)
Father:
Yes, because khushu’ is peace. It’s when you forget the world and remember only Allah. In that moment, your soul rests.
(Ya, karena khusyu’ adalah kedamaian. Saat kamu lupa dunia dan hanya ingat Allah. Di saat itulah jiwamu beristirahat.)
Daughter:
So khushu’ is not about how long we pray, but how deep our heart feels it.
(Jadi khusyu’ bukan tentang seberapa lama kita shalat, tapi seberapa dalam hati kita merasakannya.)
Father:
Exactly, my dear. Allah doesn’t count your steps — He weighs your sincerity.
(Tepat sekali, Nak. Allah tidak menghitung langkahmu — Dia menimbang ketulusanmu.)
How to Achieve Khushu’ (Cara Meraih Khusyu’)
-
Have sincere intention (Niat yang ikhlas).
(Shalatlah karena Allah semata, bukan karena kewajiban semata.) -
Understand the meaning of every word you recite.
(Pahami arti setiap bacaan dalam shalat.) -
Pray slowly and calmly.
(Jangan terburu-buru, rasakan setiap gerakan dan kata.) -
Disconnect from the world before starting.
(Tinggalkan urusan dunia sebelum takbiratul ihram.) -
Remember that every prayer could be your last.
(Ingatlah, setiap shalat bisa jadi shalat terakhirmu.)
B. Vocabulary
| English | Indonesian |
|---|---|
| Khushu’ | Khusyu’ |
| Present heart | Hati yang hadir |
| Sincerity | Ketulusan |
| Calm | Tenang |
| Disconnect | Melepaskan diri |
| Rest | Istirahat (kedamaian) |
| Intention | Niat |
| Recite | Membaca / melafalkan |
Moral Message / Pesan Moral
The beauty of prayer is not in the movement of the body, but in the stillness of the heart.
(Keindahan shalat bukan pada gerakan tubuh, tapi pada ketenangan hati.)When your heart is with Allah, even a short prayer becomes heavy in reward.
(Ketika hatimu bersama Allah, bahkan shalat yang singkat pun bernilai besar di sisi-Nya.)
Father:
My child, do you know why Allah made prayer an obligation, even when we are sick?
(Anakku, tahukah kamu mengapa Allah mewajibkan shalat, bahkan ketika kita sedang sakit?)
Daughter:
Maybe because prayer is important for our faith, Dad?
(Mungkin karena shalat penting untuk iman kita, Ayah?)
Father:
Yes, that’s true. But it’s more than that. Prayer is protection — it guards your soul from darkness and forgetfulness.
(Benar sekali. Tapi lebih dari itu, shalat adalah pelindung — ia menjaga jiwamu dari kegelapan dan kelalaian.)
Daughter:
How can prayer protect us, Dad?
(Bagaimana shalat bisa melindungi kita, Ayah?)
Father:
When you pray sincerely, your heart is washed by remembrance. Every sujud cleanses the dust of sin, every takbir lifts your soul closer to heaven.
(Saat kamu shalat dengan tulus, hatimu dibersihkan oleh zikir. Setiap sujud menghapus debu dosa, setiap takbir mengangkat jiwamu lebih dekat ke surga.)
Daughter:
So when we stop praying, our heart becomes dirty again?
(Jadi kalau kita berhenti shalat, hati kita akan kotor lagi?)
Father:
Exactly. Just like a mirror without cleaning, it loses its shine. Prayer keeps your heart shining with light.
(Benar sekali. Seperti cermin yang tak pernah dibersihkan, lama-lama kehilangan kilau. Shalat menjaga hatimu tetap bercahaya.)
Daughter:
Sometimes I feel lazy to pray, especially when I’m tired.
(Kadang aku merasa malas shalat, apalagi kalau sedang lelah.)
Father:
That’s when your soul needs it the most. When your body is weak, let your prayer give you strength.
(Justru saat itulah jiwamu paling membutuhkan shalat. Ketika tubuhmu lemah, biarkan shalat yang menguatkanmu.)
Daughter:
So prayer is not just worship, but also healing?
(Jadi shalat bukan hanya ibadah, tapi juga penyembuhan?)
Father:
Yes, my dear. Prayer heals sadness, protects from evil, and reminds us that we are never alone — Allah is always near.
(Ya, Nak. Shalat menyembuhkan kesedihan, melindungi dari kejahatan, dan mengingatkan bahwa kita tak pernah sendiri — Allah selalu dekat.)
The Wisdom of Prayer (Hikmah Shalat)
- Protects the soul from sin
(Menjaga jiwa dari dos - Brings peace to the heart
(Mendatangkan ketenangan hati) - Strengthens faith
(Menguatkan iman) - Teaches patience and discipline
(Mengajarkan kesabaran dan kedisiplinan) - Connects us directly with Allah
(Menghubungkan kita langsung dengan Allah)
| English | Indonesian |
|---|---|
| Obligation | Kewajiban |
| Protection | Perlindungan |
| Soul | Jiwa |
| Darkness | Kegelapan |
| Forgiveness | Pengampunan |
| Shine | Cahaya / sinar |
| Healing | Penyembuhan |
| Strength | Kekuatan |
| Faith | Iman |
Moral Message / Pesan Moral
The prayer that is done with love will guard your soul like a shield of light.
(Shalat yang dilakukan dengan cinta akan menjaga jiwamu seperti perisai cahaya.)Even when the world forgets you, prayer reminds you that Allah never does.
(Bahkan ketika dunia melupakanmu, shalat mengingatkan bahwa Allah tidak pernah melupakanmu.)
The Reward and Beauty of Consistent Prayer
(Keutamaan dan Keindahan Shalat yang Istiqamah)
Father:
My child, do you know what makes Allah love His servant the most?
(Anakku, tahukah kamu apa yang membuat Allah paling mencintai hamba-Nya?)
Daughter:
Maybe when we pray a lot, Dad?
(Mungkin ketika kita banyak berdoa, Ayah?)
Father:
Not only praying a lot, my dear, but praying consistently — no matter what happens.
(Bukan hanya banyak berdoa, Nak, tapi berdoa dan shalat dengan istiqamah — apa pun yang terjadi.)
Daughter:
So even if I’m busy or tired, I must still pray?
(Jadi walaupun aku sibuk atau lelah, aku tetap harus shalat?)
Father:
Yes. Because prayer is the sign of faith. It shows your loyalty to Allah.
(Ya. Karena shalat adalah tanda keimanan. Itu menunjukkan kesetiaanmu kepada Allah.)
Daughter:
But sometimes, Dad, I feel my prayer is not perfect. I lose focus, or feel sleepy.
(Tapi kadang, Ayah, aku merasa shalatku tidak sempurna. Aku tidak fokus, atau mengantuk.)
Father:
That’s okay, my dear. Allah loves effort more than perfection. Each time you stand to pray, the angels write down your sincerity, not your mistakes.
(Tidak apa-apa, Nak. Allah lebih mencintai usaha daripada kesempurnaan. Setiap kali kamu berdiri untuk shalat, para malaikat mencatat ketulusanmu, bukan kesalahanmu.)
Daughter:
So, consistency is the key to being close to Allah?
(Jadi, istiqamah itu kunci agar kita dekat dengan Allah?)
Father:
Exactly. When you never leave prayer, you will never lose peace. Consistent prayer keeps your heart alive and your soul strong.
(Tepat sekali. Jika kamu tak pernah meninggalkan shalat, kamu tak akan kehilangan ketenangan. Shalat yang istiqamah menjaga hati tetap hidup dan jiwa tetap kuat.)
Daughter:
I understand now, Dad. I’ll try to pray on time every day, even if I’m tired.
(Sekarang aku mengerti, Ayah. Aku akan berusaha shalat tepat waktu setiap hari, meski sedang lelah.)
Father:
That’s the spirit. Remember, my child — the one who guards prayer, Allah will guard their life.
(Itulah semangat yang benar. Ingatlah, Nak — siapa yang menjaga shalatnya, Allah akan menjaga hidupnya.)
The Blessings of Consistent Prayer (Keutamaan Shalat yang Istiqamah)
- Allah’s love and protection
(Cinta dan perlindungan dari Allah) - Inner peace and calmness
(Kedamaian dan ketenangan batin) - Forgiveness of sins
(Ampunan dosa) - Light in the grave and on the Day of Judgment
(Cahaya di alam kubur dan di hari kiamat) - Strength in facing life’s trials
(Kekuatan menghadapi ujian hidup)
Vocabulary
| English | Indonesian |
|---|---|
| Consistent | Istiqamah / konsisten |
| Faith | Iman |
| Loyalty | Kesetiaan |
| Effort | Usaha |
| Perfection | Kesempurnaan |
| Sincerity | Ketulusan |
| Inner peace | Kedamaian batin |
| Trials | Ujian |
| Blessings | Keberkahan |
Moral Message / Pesan Moral
Allah doesn’t ask for perfection, only consistency and sincerity.
(Allah tidak meminta kesempurnaan, hanya keistiqamahan dan ketulusan.)The one who guards their prayer will never walk alone — angels walk beside them.
(Siapa yang menjaga shalatnya, tak akan pernah berjalan sendirian — malaikat berjalan di sisinya.)
(Anakku, hidup ini tidak akan selalu mudah. Akan ada saat di mana kamu merasa hilang arah, lemah, atau hancur.)
Daughter:
Yes, Dad… sometimes I feel like that. When everything goes wrong, I just want to cry.
(Iya, Ayah… kadang aku merasa seperti itu. Saat semuanya terasa salah, aku hanya ingin menangis.)
Father:
That’s when you should turn to your prayer. Because prayer is not only for peace — it’s a place to heal your pain.
(Saat itulah kamu harus kembali pada shalatmu. Karena shalat bukan hanya untuk ketenangan — tapi tempat menyembuhkan luka hatimu.)
Daughter:
But how can prayer heal me, Dad?
(Tapi bagaimana shalat bisa menyembuhkanku, Ayah?)
Father:
When you bow in sujud, your tears fall not in vain. Each tear is seen by Allah, each whisper is heard, and each pain is lifted little by little.
(Saat kamu bersujud, air matamu tidak sia-sia. Setiap tetesnya dilihat oleh Allah, setiap bisikanmu didengar, dan setiap luka perlahan diangkat.)
Daughter:
Sometimes, I feel too broken to even pray.
(Kadang aku merasa terlalu hancur untuk bisa shalat.)
Father:
Then just whisper His name. Even if your body is weak, let your heart prostrate. Allah never asks for perfection — only sincerity.
(Maka cukup bisikkan nama-Nya. Walau tubuhmu lemah, biarkan hatimu bersujud. Allah tidak meminta kesempurnaan — hanya ketulusan.)
Daughter:
It feels comforting to know that Allah listens, even when I can’t speak.
(Rasanya menenangkan mengetahui bahwa Allah mendengar, bahkan ketika aku tak mampu bicara.)
Father:
Yes, my dear. When you pray in hardship, the angels write down your patience and your faith. That prayer is more precious than gold.
(Ya, Nak. Saat kamu shalat di tengah kesulitan, para malaikat mencatat kesabaran dan imanmu. Shalat itu lebih berharga daripada emas.)
Why Prayer Heals (Mengapa Shalat Menyembuhkan)
-
It connects your heart directly to Allah.
(Menghubungkan hatimu langsung kepada Allah.) -
It releases sadness and gives peace.
(Melepaskan kesedihan dan memberikan ketenangan.) -
It reminds you that no pain lasts forever.
(Mengingatkan bahwa tak ada luka yang abadi.) -
It gives strength to rise again.
(Memberi kekuatan untuk bangkit kembali.) -
It fills the heart with hope and light.
(Mengisi hati dengan harapan dan cahaya.)
Vocabulary
| English | Indonesian |
|---|---|
| Hardship | Kesulitan |
| Heal | Menyembuhkan |
| Whisper | Bisikan |
| Precious | Berharga |
| Weak | Lemah |
| Sincere | Tulus |
| Faith | Iman |
| Rise again | Bangkit kembali |
| Hope | Harapan |
Moral Message / Pesan Moral
In every hardship, prayer is your shelter.
(Dalam setiap kesulitan, shalat adalah tempat berlindungmu.)When the world turns away, your prayer brings you back to the One who never leaves.
(Ketika dunia berpaling, shalat membawamu kembali kepada Dia yang tak pernah meninggalkanmu.)
Father:
My child, do you know that prayer doesn’t only bring peace, but also opens the doors of rizq?
(Anakku, tahukah kamu bahwa shalat bukan hanya mendatangkan ketenangan, tapi juga membuka pintu rezeki?)
Daughter:
Really, Dad? I thought rizq only comes from working hard.
(Benarkah, Ayah? Kukira rezeki hanya datang dari kerja keras.)
Father:
Work is important, but the heart that prays invites blessings. Allah says, “Establish prayer and I will bless your provision.”
(Bekerja itu penting, tapi hati yang berdoa mengundang keberkahan. Allah berfirman, “Dirikanlah shalat, niscaya Aku akan memberkahi rezekimu.”)
Daughter:
So, prayer makes our effort easier?
(Jadi, shalat membuat usaha kita lebih mudah?)
Father:
Yes. Prayer brings barakah — it makes a little feel enough, and multiplies the unseen blessings.
(Ya. Shalat membawa keberkahan — membuat yang sedikit terasa cukup, dan melipatgandakan rezeki yang tak terlihat.)
Daughter:
Sometimes I feel like I work hard, but still have many problems.
(Kadang aku merasa sudah bekerja keras, tapi tetap banyak masalah.)
Father:
That’s why you must not leave your prayer. Rezeki is not only money, my dear. It’s peace, health, love, and Allah’s protection.
(Itulah mengapa kamu jangan meninggalkan shalat. Rezeki bukan hanya uang, Nak. Tapi juga ketenangan, kesehatan, kasih sayang, dan perlindungan dari Allah.)
Daughter:
So if I keep praying, Allah will open new ways for me?
(Jadi kalau aku terus shalat, Allah akan membukakan jalan baru untukku?)
Father:
Exactly. When you pray sincerely, Allah sends rizq from places you never expect — through people, ideas, or even small miracles.
(Tepat sekali. Saat kamu shalat dengan tulus, Allah mengirimkan rezeki dari arah yang tak kamu duga — lewat orang, ide, bahkan keajaiban kecil.)
Daughter:
That gives me hope, Dad. I’ll keep my prayers strong and trust Allah for my rizq.
(Itu memberi harapan, Ayah. Aku akan menjaga shalatku dan percaya kepada Allah untuk rezekiku.)
Father:
That’s the best decision, my dear. Because whoever keeps their prayer, Allah keeps their provision.
(Itu keputusan terbaik, Nak. Karena siapa yang menjaga shalatnya, Allah akan menjaga rezekinya.
)Signs of Rizq Through Prayer (Tanda Rezeki dari Shalat)
- Your heart feels calm after praying.
(Hati terasa tenang setelah shalat.) - You receive help unexpectedly.
(Datang pertolongan dari arah yang tak disangka.) - Your small effort brings great results.
(Usaha kecilmu menghasilkan hasil besar.) - People treat you kindly without reason.
(Orang memperlakukanmu dengan baik tanpa alasan.) - You feel gratitude growing in your heart.
(Rasa syukur semakin tumbuh di hatimu.)
Vocabulary
| English | Indonesian |
|---|---|
| Rizq / Sustenance | Rezeki |
| Blessing | Keberkahan |
| Barakah | Berkah |
| Sincerely | Dengan tulus |
| Unexpectedly | Tanpa diduga |
| Provision | Pemberian / rezeki |
| Miracle | Keajaiban |
| Gratitude | Rasa syukur |
| Protection | Perlindungan |
Moral Message / Pesan Moral
Prayer doesn’t only connect you to Allah — it connects you to blessings waiting to reach you.
(Shalat bukan hanya menghubungkanmu dengan Allah — tapi juga dengan keberkahan yang menantimu.)The one who never leaves prayer will never be left without rizq.
(Siapa yang tidak meninggalkan shalat, tidak akan pernah ditinggalkan rezekinya.)
Father:
My child, do you know why Allah commands us to pray five times a day?
(Anakku, tahukah kamu mengapa Allah memerintahkan kita shalat lima waktu sehari?)
Daughter:
Maybe to remind us of Him, Dad?
(Mungkin untuk mengingat Allah, Ayah?)
Father:
Yes, that’s true. But also to remind us to be grateful — because every prayer time is a moment of gratitude.
(Benar sekali. Tapi juga untuk mengingatkan kita agar selalu bersyukur — karena setiap waktu shalat adalah saat bersyukur.)
Daughter:
Grateful… even when life is hard?
(Bersyukur… bahkan ketika hidup terasa sulit?)
Father:
Especially then, my dear. Gratitude is not only for happiness — it’s also for strength. When you thank Allah in pain, you turn pain into wisdom.
(Justru terutama saat itu, Nak. Syukur bukan hanya untuk kebahagiaan — tapi juga sumber kekuatan. Saat kamu bersyukur dalam kesedihan, kamu mengubah luka menjadi hikmah.)
Daughter:
Sometimes, I forget to be grateful. I focus too much on what I don’t have.
(Kadang aku lupa bersyukur. Aku terlalu fokus pada hal yang belum aku miliki.)
Father:
That’s why we pray, my child. Each sujud is a reminder of how small we are and how generous Allah is.
(Itulah mengapa kita shalat, Nak. Setiap sujud mengingatkan betapa kecilnya kita dan betapa dermawannya Allah.)
Daughter:
So prayer teaches us to see blessings we often ignore.
(Jadi shalat mengajarkan kita untuk melihat nikmat yang sering kita abaikan.)
Father:
Exactly. When your forehead touches the ground, your heart learns humility — and from humility grows gratitude.
(Tepat sekali. Ketika dahimu menyentuh bumi, hatimu belajar rendah hati — dan dari kerendahan hati tumbuhlah rasa syukur.)
Daughter:
That’s beautiful, Dad. So every time I pray, I should say “Alhamdulillah” not only with my lips, but with my heart.
(Itu indah sekali, Ayah. Jadi setiap kali aku shalat, aku harus mengucapkan “Alhamdulillah” bukan hanya dengan bibir, tapi juga dengan hati.)
Father:
Yes, my dear. Because a grateful heart is a magnet of blessings. The more you thank Allah, the more He will give you.
(Ya, Nak. Karena hati yang bersyukur adalah magnet rezeki. Semakin kamu bersyukur kepada Allah, semakin banyak yang Dia berikan kepadamu.)
The Connection Between Prayer and Gratitude
(Hubungan Antara Shalat dan Syukur)
- Prayer reminds us of Allah’s mercy.
(Shalat mengingatkan kita akan rahmat Allah.) - Gratitude brings contentment and peace.
(Syukur membawa ketenangan dan rasa cukup.) - A thankful heart attracts more blessings.
(Hati yang bersyukur menarik lebih banyak nikmat.) - Sujud teaches humility before the Creator.
(Sujud mengajarkan kerendahan hati di hadapan Sang Pencipta.) - Gratitude turns every prayer into joy.
(Syukur mengubah setiap shalat menjadi kebahagiaan.)
Vocabulary
| English | Indonesian |
|---|---|
| Gratitude | Rasa syukur |
| Blessing | Nikmat / berkah |
| Humility | Kerendahan hati |
| Generous | Dermawan |
| Contentment | Rasa cukup |
| Mercy | Rahmat |
| Reminder | Pengingat |
| Strength | Kekuatan |
Moral Message / Pesan Moral
A heart that prays will always find reasons to be grateful.
(Hati yang selalu shalat akan selalu menemukan alasan untuk bersyukur.)Gratitude in prayer turns every hardship into hidden mercy.
(Syukur dalam shalat mengubah setiap kesulitan menjadi rahmat yang tersembunyi.)
0 Response to "Father to child advice"
Post a Comment